Kasus Keracunan MBG, Wali Kota Samarinda Minta Setiap Dapur Dilengkapi Cold Storage

ali Kota Samarinda Andi Harun akhirnya menguraikan penyebab utama insiden tersebut

banner 120x600
banner 468x60

Samarinda, Harianetam.id Kasus keracunan massal yang menimpa puluhan siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda masih menjadi sorotan publik. Setelah dilakukan investigasi, Wali Kota Samarinda Andi Harun akhirnya menguraikan penyebab utama insiden tersebut. Ia menilai, keracunan itu bukan hanya persoalan kelalaian dapur penyedia, melainkan juga akibat kurangnya fasilitas standar penyimpanan makanan.

Menurut Andi Harun, makanan yang diolah dalam jumlah besar untuk ribuan siswa harus melalui proses penyimpanan yang higienis dan sesuai standar. “Dalam kasus MBG ini, kita menemukan bahwa sebagian dapur tidak memiliki fasilitas cold storage untuk menjaga kualitas bahan makanan. Akibatnya, makanan mudah terkontaminasi atau tidak tahan lama,” ujarnya saat konferensi pers di Balaikota Samarinda.

Cold storage, jelas Andi Harun, berfungsi untuk menyimpan bahan makanan pada suhu tertentu sehingga terhindar dari bakteri dan pembusukan. “Tanpa fasilitas ini, sangat berisiko jika makanan disiapkan sejak dini hari dan baru dikonsumsi menjelang siang,” tambahnya.

Kronologi Kasus Keracunan MBG

Kasus keracunan MBG bermula pada pekan lalu ketika puluhan siswa dari beberapa sekolah di Samarinda mengalami gejala mual, muntah, hingga diare setelah mengonsumsi menu makan siang MBG. Sebagian siswa harus mendapatkan perawatan intensif di puskesmas dan rumah sakit terdekat.

Orang tua siswa mengaku cemas dan mempertanyakan kualitas makanan yang disediakan. “Kami sangat mendukung program MBG, tapi kalau seperti ini justru mengkhawatirkan. Anak-anak jadi takut makan,” kata salah seorang wali murid.

Investigasi awal dari Dinas Kesehatan Samarinda mengindikasikan adanya kontaminasi pada menu yang disajikan. Namun, faktor penyimpanan bahan makanan menjadi sorotan utama karena dapur-dapur penyedia ternyata tidak semuanya memiliki fasilitas memadai.

Andi Harun Tekankan Standarisasi

Menanggapi kasus ini, Andi Harun menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi besar-besaran terhadap seluruh dapur penyedia MBG. Ia menginstruksikan agar dalam waktu dekat setiap dapur wajib memiliki cold storage sebagai syarat utama.

“Kalau tidak ada cold storage, sangat sulit menjamin kualitas makanan. Kami tidak ingin kejadian ini terulang karena menyangkut keselamatan anak-anak kita,” tegasnya.

Pemerintah Kota Samarinda juga akan melakukan pendampingan teknis dan menyiapkan anggaran tambahan untuk memastikan dapur penyedia bisa memenuhi standar tersebut. “Kalau perlu, kami akan membantu pengadaan fasilitas agar tidak ada alasan lagi bagi penyedia untuk abai,” ujarnya.

Kasus keracunan MBG ini memicu diskusi luas di masyarakat. Sejumlah pengamat menilai program MBG memang baik secara tujuan, yakni memastikan gizi seimbang bagi siswa, tetapi implementasi teknisnya harus diperketat.

Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Mulawarman, Dr. Haris Santoso, faktor manajemen rantai pasok makanan harus diperhatikan secara serius. “Tidak cukup hanya menyalurkan anggaran dan menunjuk penyedia. Pemerintah perlu memastikan adanya standar higienitas, penyimpanan, hingga distribusi makanan. Kalau tidak, program yang mulia ini justru bisa berbalik jadi bumerang,” katanya.

Warga Samarinda pun ramai menanggapi kasus ini melalui media sosial. Banyak yang mendukung langkah Andi Harun yang meminta adanya cold storage, namun ada pula yang menilai bahwa seharusnya hal itu sudah dipikirkan sejak awal. “Kenapa harus tunggu ada korban dulu baru sadar soal standar penyimpanan?” tulis salah satu komentar.

Harapan dan Evaluasi

Program MBG yang digagas Pemerintah Kota Samarinda sejatinya mendapat sambutan positif sejak awal diluncurkan. Ribuan siswa terbantu mendapatkan asupan gizi gratis setiap hari sekolah. Namun kasus keracunan ini menjadi pukulan keras yang memaksa evaluasi menyeluruh.

Wali Kota Andi Harun memastikan, program MBG tidak akan dihentikan, tetapi akan diperbaiki secara total. “Kami tidak akan mundur dari komitmen memberikan gizi gratis untuk anak-anak Samarinda. Tapi kami juga tidak akan kompromi soal kualitas. Cold storage adalah langkah pertama, selanjutnya akan ada audit rutin terhadap semua dapur penyedia,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga berencana melibatkan pihak independen, seperti lembaga kesehatan dan perguruan tinggi, untuk melakukan uji laboratorium berkala terhadap makanan MBG. Langkah ini diambil agar masyarakat yakin bahwa program MBG benar-benar aman dan bermanfaat.

Tragedi keracunan MBG menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Pemerintah, penyedia, sekolah, dan orang tua harus bersama-sama memastikan keamanan pangan bagi anak-anak. Kasus ini menegaskan bahwa sekecil apa pun celah dalam pengelolaan makanan bisa berdampak besar.

Dengan adanya komitmen penambahan fasilitas cold storage dan standarisasi penyimpanan makanan, diharapkan program MBG dapat berjalan lebih baik ke depannya. Harapan terbesar tentu saja agar setiap anak Samarinda bisa menikmati makanan bergizi dengan aman, tanpa rasa takut akan ancaman keracunan.

Baca berita investigatif, edukatif, inspiratif, dan informatif lainnya hanya di Harianetam.id

Penulis
Zul Fadly Amir

banner 325x300
Keep In Touch

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *